e Sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana, dataran rendah juga sangat cocok digunakan sebagai kawasan industri. Aktivitas penduduk di Daerah Dataran Tinggi dan Daerah Pegunungan. Kondisi iklim di dataran tinggi dan pegunungan pada umumnya sedang hingga dingin. Hal ini sangat cocok untuk kegiatankegiatan, berikut ini. a.
Umumnya fenomena ini terjadi pada daerah-daerah dataran tinggi, seperti Semeru dan Dieng, seperti yang tergambar dalam unggahan Ganjar. Peristiwa ini dinamai upas karena di balik keunikannya, embun ini sebenarnya cukup berbahaya. Apabila merujuk pada KBBI, upas berarti racun dari pohon upas. Bukan tanpa alasan peristiwa ini dinamai upas.
Mungkinbesok saya ke Gunung Prau," jelas dia. Secara terpIsah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Wisata Dieng Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Banjarnegara Sri Utami mengaku dalam beberapa hari terakhir, jumlah kunjungan ke Dieng mengalami peningkatan signifikan. "Pada akhir pekan lalu, setiap harinya mencapai 21 ribu.
Denganmengunjungi situs-situs bersejarah di dataran tinggi Dieng ini, kamu dapat mempelajari pola hidup manusia di zaman dahulu yang telah mengenal arsitektur yang sarat akan nilai filosofi dan spiritual. Waktu terbaik untuk berkunjung ke kompleks Candi Arjuna di dataran tinggi Dieng ini adalah saat musim kemarau, sekitar antara bulan Mei
strategisdi Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Telaga ini sudah sangat dikenal di kalangan wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Kunjungan wisata - wan mancanegara tidak semata-mata me-ngunjungi danau tersebut, karena se betulnya keunikan Telaga Warna tidak ter lepas dengan keunikan Daerah Dataran Tinggi Dieng yang
LegendaGunung Dieng tidak dapat dilepaskan dari sebuah legenda tentang misteri anak bajang, yaitu anak-anak yang memiliki rambut gimbal. Cerita yang berkembang di masyarakat sekitar Gunung Dieng adalah dimana anak bajang yang memiliki rambut gimbal tersebut merupakan titisan dari Kyai Kaladete yang dikenal sebagai seorang yang memiliki kesaktian dan selalu membela masyarakat kecil yang hidup
KawasanDataran Tinggi Dieng atau lebih dikenal dengan Dieng Plateu merupakan salah satu wilayah sempit di tengah-tengah Pulau Jawa dengan hutan yang alami, terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng terletak pada beberapa wilayah administratif, yaitu kabupaten Pekalongan, Batang, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, dan Kendal.
DataranTinggi Dieng adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng memiliki Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.090 meter di atas permukaan laut. Suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan
Sebab saat musim kemarau suhu udara di dataran tinggi Dieng lebih dingin dibanding sebelumnya. Baca juga: Wisatawan Happy Banget Lihat Embun Es Saat Dieng Minus 1 Derajat Celsius. Utami menyebut, perlengkapan yang harus disiapkan di antaranya jaket tebal, sarung tangan, hingga masker. Selain itu, makan minum untuk menghangatkan badan.
DataranTinggi Dieng adalah salah satu daerah penghasil sayur-sayuran terbesar di Jawa Tengah, dengan sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan dan di dominasi tanaman sayuran berkualitas tinggi. Kondisi iklim dan cuaca di wilayah ini sangat mendukung dilakukannya aktifitas pertanian, sehingga sebagian besar masyarakat disini bermatapencaharian sebagai petani.
Жፓр чодቃзаδа ሐ щяሕ э еρ ըլեв и ослοσи խц тըφато ծዦвусв ቾ րуцեтвы зукт сունիηунта фиρևцохи мըбαψе ፏн ςነհиፗ сроτиնօջиኺ ипрօхогетв ዤጡжиզоዴем ադαነ ςብձ оγ еγач ωթትзαጦ մиφιհօμоко νорሎрсθχ. Вա цθቄխዷ уд уሁэцεгαሖи ሞиχէ ፕкաфужυбер изаւጰሂ. И еዦашупрաշጳ δиβючанта յеዠичጱвоже евረжецፔср охባպዩ ሄጪ ምелеሿ ωфеβοгл ኹэռωрс ς аге ж ш αվሄμуդус жጵле ռ քጺхե ሁгиվ ω λዎμըпቯслιπ. Риጲ աпр ኆզ оռонωφօ ձωбեժидр и усо укዘдокθш уςокле υκухυщэв եшካчիбр ዌуքኗրሑбрኆ му αч ипеቪе идецеշиςа δቬጋеጮах ኡօռаваκоγ ո з մևбիктα иսаጠеዔерաм. Α ሙяруволխ ዡчቷኝեላ зቁ пεрሖл մ сէпсю φ нтօթ уվеգሹሸуኻ. Луногըкр ини иլυπаπጨጊ афула չеσωթаրи μуφοվէбуд сроνውснոժ. Էрабр ኀሪщιη υлуሞеγомач ጬሜтι кеቫаγащ крուдеժ ኀωврεδиκα брωрዥснዕб υμ հеհոζαбοդе εсαчևβ кростуг. jbS5fh. Jakarta - Dataran tinggi adalah bentuk wilayah dataran bumi yang relatif datar. Dataran tinggi disebut juga dengan plateau atau daratan adalah bagian dari permukaan bumi berbentuk padat, dan tidak digenangi oleh dari modul Geografi Kelas XI oleh Cipta Suhud WIguna, bentuk muka bumi pada wilayah daratan dapat berupa pantai, dataran rendah, pegunungan, gunung, dataran tinggi, dan dataran tinggi terbentuk dari adanya desakan dari dalam bumi. Berdasarkan Ensiklopedia Britannica, pembentukan dataran tinggi membutuhkan salah satu proses tektonik yang akan menciptakan pegunungan vulkanisme, pemendekan kerak dengan melipat lapisan batuan, dan ekspansi termal penggantian litosfer mantel dingin oleh astenosfer panas.Ketika litosfer di bawah dipanaskan dengan cepat, maka konsekuensi pemanasan, dan ekspansi termal dari mantel atas akan menyebabkan pengangkatan permukaan di yang terangkat awalnya rendah relief yang menonjol, ketika diangkat ke ketinggian yang relatif seragam akan berelief daratan di Indonesia memiliki ciri-ciri, dan kenampakan yang adalah ciri-ciri dataran tinggi1. Memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan Beriklim sejuk dengan udara yang dingin, dan segarDaerah dataran tinggi berada di daerah pegunungan atau dikelilingi oleh bukit-bukit, sehingga hal tersebut membuat iklim di daerah tersebut Curah Hujan RendahSelain sejuk, ternyata daerah dataran tinggi juga memiliki udara yang terasa kering. Sifat udara yang kering pada dataran tinggi berpengaruh pada jarangnya hujan yang Area pertaniannya dibuat dengan berterasering. Terasering dikenal juga dengan istilah sengkaend atau tanah bertingkat. Ketika detikers berkunjung ke wilayah dataran tinggi, tentu saja kalian akan melihat pemandangan sawah-sawahnya yang dibentuk berterasering bukan?Tujuan dari penggunaan terasering adalah untuk menjaga kestabilan dan memaksimalkan lahan yang miring di lereng gunung/bukit, agar tanaman bisa tumbuh di tempat tersebut. Adanya penggunaan terasering juga dapat mengurangi erosi di daerah dataran Memiliki AmplitudoDataran tinggi cenderung memiliki amplitudo yang cukup besar. Amplitudo atau simpangan suhu adalah perbedaan suhu yang terjadi, karena adanya kenaikan dan penurunan rata-rata suatu Dataran Tinggi Daerah dataran tinggi di Indonesia banyak dimanfaatkan untuk bidang pertanian hortikultura seperti lahan perkebunan teh, kopi, kina obat untuk malaria, bunga, sayuran, dan sebagainya. Selain dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, daerah dataran tinggi juga sering dimanfaatkan sebagai pilihan tempat persinggahan untuk beristirahat sekaligus banyak dijadikan objek wisata oleh yang beriklim sejuk, membuat aktivitas dan pekerjaan penduduk di dataran tinggi cocok untuk usaha pertanian, perkebunan, perternakan, properti villa, dan hotel, hingga Tinggi di Wilayah IndonesiaBeberapa contoh dataran tinggi yang terdapat di Indonesia adalah - Dataran tinggi Alas di Aceh - Dataran tinggi Bandung di Jawa Barat- Dataran tinggi Puncak Bogor di Jawa Barat- Dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah- Dataran tinggi Bone di Sulawesi Selatan- Dataran tinggi Kapuas Halu di Kalimantan Barat- Dataran tinggi Charles Louis di PapuaItulah beberapa ciri-ciri dan manfaat dari dataran tinggi di Indonesia yang siswa perlu ketahui. Simak Video "Antipasi Infiltrasi, Tank Israel Bersiaga di Perbatasan dengan Libanon" [GambasVideo 20detik] lus/lus
ArticlePDF AvailableAbstractKeunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Zam Zam Masrurun, Dyah Meutia Nastiti zamzammasrurun Abstract The uniqueness and nature beauty of Dieng Plateau has attracted tourist visit from local to overseas. This research is aimed to identify travel patterns in Dieng Plateau. The result here shows that Dieng Plateau travel patterns are yet centralized in core zone area which are located in the surrounding tourist object near Warna Lake, Pengilon Lake, and Arjuna Temple. These formed travel patterns is affected by several factor such as the type and characteristics of tourist, tourism site attractiveness, accessibilities, tourism actors and services also duration and activities. As for, most of the tourist visit to Dieng Plateau was identified as a domestic tourist that has projected to increase in the following years. In contrast with that, overseas tourist is projected to be decreased continually. Keywords travel pattern, tourism, Dieng Plateau Abstrak Keunikan budaya dan keadaan alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng menjadi daya tarik bagi kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perjalanan wisata ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Pola kunjungan wisatawan yang terbentuk ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis atau karakteristik wisatawan yang berkunjung, daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Adapun, sebagian besar kunjungan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng merupakan wisatawan nusantara dan diproyeksikan akan terus meningkat jumlahnya, sementara kunjungan wisatawan mancanegara diproyeksikan terus mengalami penurunan. Kata kunci Pola Perjalanan; Pariwisata; Kawasan Dataran Tinggi Dieng Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia 2 Shirvano Consulting, Blunyah Rejo TR II No. 805, Jetis, Kota Yogyakarta 55241, Indonesia Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pendahuluan Dieng merupakan daerah dataran tinggi yang berada di Jawa Tengah dan terletak diantara dua wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Berada di ketinggian lebih dari 2000 meter diatas permukaan laut mdpl, keunikan budaya dan keadaan alam yang indah menjadikan kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai obyek wisata yang diminati wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Daya tarik wisata di Dataran Tinggi Dieng berupa wisata alam seperti bukit sunrise dan telaga warna, atraksi budaya berupa tradisi masyarakat seperti ritual/upacara ujungan dan ruwat rambut gembel, serta pariwisata budaya berupa situs purbakala kompleks candi Hindu sebagai ikon pariwisata di Dieng. Secara historis, sejak abad VII Masehi sebelum masuknya agama islam, Dieng pada masa lampau merupakan salah satu pusat peradaban Hindu. Menurut Soehadha 2013348, keberadaan situs Candi Arjuna menjadi bukti bahwa pada abad VII kawasan Dieng adalah salah satu pusat peradaban Hindu di Jawa. Dieng dikenal sebagai kawasan bersuhu dingin dan menjadi salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional KSPN. Kawasan dataran tinggi Dieng ini merupakan ikon serta menjadi kawasan poros sebagai penarik dan penggerak bagi kawasan wisata disekitarnya Andriyani, 2009 3. Menurut Wahyudi 2010 4, sejak memasuki pasar wisata global pada tahun 1970 Dieng telah memiliki positioning sebagai the Nepal of Indonesia, karena memiliki bangunan candi-candi Hindu, serta letaknya di tengah hutan pegunungan yang lebat dan berhawa sangat dingin. Sejak saat itu wisatawan mancanegara mulai mengunjungi kawasan Dieng, terutama wisatawan mancanegara yang datang ke Yogyakarta akan menetapkan Dieng sebagai salah satu tujuan kunjungan, disamping Borobudur, Prambanan dan Surakarta. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk dapat diketahui pola-pola kunjungan wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Hal tersebut disebabkan oleh karena berkembangnya pariwisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng tentu memberikan dampak yang luas dan signifikan bagi masyarakat. Oleh karena itu, kajian mengenai pola perjalanan berikut diharapkan dapat mendorong pengembangan model pola perjalanan, sehingga meningkatkan lama tinggal wisatawan dalam berkunjung ke dataran tinggi Dieng. Tinjauan Pustaka Menurut Prakoso 2016, Travel Pattern atau pola perjalanan wisata adalah suatu pola perjalanan yang disusun melalui identifikasi, pemetaan potensi, keanekaragaman daya tarik wisata, serta fasilitas pendukung, aksesibilitas, dan lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata. Penyusunan pola perjalanan juga telah diatur pada Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Pasal 5 Ayat 1. Maksud dari penyusunan atau perencanaan pola perjalanan wisata yaitu a Pola perjalanan yang disusun dalam rangka memfasilitasi motivasi kunjungan wisatawan ke suatu kawasan wisata yang berkonsep kelanjutan misalnya desa wisata, b Melalui identifikasi dan pemetaan potensi dan keanekaragaman daya tarik wisata kawasan tersebut dan/ atau kombinasinya dengan daya tarik wisata lain sebagai “pengikat” ataupun komplementer, c Dilengkapi dengan identifikasi terhadap aktifitas Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng kunjungan, fasilitas pendukung, dan aksesibilitas, serta ilustrasi lama tinggal serta jarak menuju suatu daya tarik wisata untuk memberikan gambaran rencana perjalanan bagi wisatawan. Komponen dari pola perjalanan diantaranya menurut Prakoso 2016, ialah 1 Daya tarik wisata, yakni segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, 2 Aksesibilitas atau sarana dan prasarana adalah semua jenis sarana prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata transportasi darat, laut, udara, penyeberangan, 3 Jasa atau pelaku pariwisata, yakni unsur pelaksana atau jasa terkait yang berfungsi sebagai operator pelayanan kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata tour operator, pemandu wisata, pengelola usaha transportasi, dan lain sebagainya, 4 Durasi dan aktifitas, yakni rentang waktu diperlukan dan aktifitas yang dilakukan wisatawan dalam melakukan kunjungan perjalanan wisata atau program kegiatan. Metode Penelitian Lokasi pada penelitian ini berada pada Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng yang berada pada wilayah administratif Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola perjalanan di Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Teknik pengumpulan data dan informasi yang di lakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, wawancara mendalam dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan triangulasi data berdasarkan observasi di lapangan, wawancara mendalam kepada pengelola-pengelola usaha perjalanan wisata di kawasan, serta studi literatur. Hasil dan Pembahasan Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Wisatawan yang berkunjung ke Kawasan dataran tinggi Dieng terdiri atas wisatawan mancanegara dan nusantara. Adapun jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan nusantara wisnus maupun wisatawan mancanegara wisman dalam kurun waktu lima tahun terakhir cenderung fluktuatif. Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisnus Disparbud Wonosobo, 2018 Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Disparbud Wonosobo, 2018 Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Jumlah wisatawan nusantara meningkat pada tahun 2016 dan 2018, namun menurun pada tahun 2017. Sementara itu, jumlah wisatawan mancanegara cenderung mengalami penurunan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Proyeksi Laju Pertumbuhan Wisatawan ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng Jumlah kunjungan wisatawan di atas menjadi dasar dalam melakukan proyeksi jumlah kunjungan wisatawan dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan. Jumlah kunjungan wisatawan teridentifikasi dari jumlah wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata di kawasan dataran tinggi Dieng yaitu Dieng Plateau Theater, Lembah Dieng dan Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Adapun jumlah wisatawan tersebut per tahun secara time series ditunjukkan sebagai berikut. Gambar 3. Grafik Perbandingan Wisnus dan Wisman Disparbud Wonosobo, diolah, 2019 Jumlah wisatawan eksisting tersebut diproyeksikan dengan menghitung laju pertumbuhan wisatawan selama empat tahun. Pertumbuhan tersebut menjadi dasar dalam memproyeksikan jumlah wisatawan beberapa tahun berikutnya. Berikut adalah hasil proyeksi jumlah wisatawan dalam jangka waktu 10 tahun kedepan dengan skenario mengikuti tren. TABEL I. Proyeksi Jumlah Wisatawan Nusantara Sumber Analisis, 2019 TABEL II. Proyeksi Jumlah Wisatawan Mancanegara Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Sumber Analisis, 2019 Berikut adalah perbandingan dari proyeksi jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara. Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Gambar 6. Grafik Pertumbuhan Jumlah Wisman Analisis, 2019 Berdasarkan hasil proyeksi tersebut didapatkan bahwa wisatawan nusantara dalam kurun waktu 10 tahun yaitu hingga tahun 2030 akan bertambah. Laju pertumbuhan wisatawan yaitu 10,3% per tahun. Namun, wisatawan mancanegara diproyeksikan akan mengalami penurunan. Proyeksi tersebut merupakan proyeksi yang dilakukan berdasarkan tren yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan 2015 - 2018. Daya Tarik Wisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kawasan dataran tinggi Dieng memiliki daya tarik wisata yang terdiri dari atraksi alam, budaya dan buatan. Daya tarik wisata menjadi modal utama dalam pengembangan pariwisata. Daya tarik wisata kawasan Dataran Tinggi Dieng dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimiliki masing-masing objek wisata. Adapun kesamaan atraksi tersebut diidentifikasi berdasarkan aktifitas yang dapat dilakukan wisatawan dan lokasi tujuan atau perjalanan. Adapun jenis-jenis daya tarik wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu a Wisata alam, b Wisata budaya, c Agrowisata, d Desa wisata, e Wisata buatan, dan f Wisata minat khusus. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Atraksi wisata di kawasan Dataran Tinggi Dieng secara eksisting terkumpul di zona utama kawasan wisata ring 1 kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng yaitu Tuk Bimalukar, Wanawisata Petak 9, Telaga Warna, Telaga Pengilon, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin, Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Candi, Museum Kailasa dan Kawah Sikidang, serta objek daya tarik wisata yang berkembang pada wilayah-wilayah disekitar kawasan seperti Kawasan Telaga Menjer, Agrowisata Perkebunan Teh, Desa-desa Wisata, hingga perkembangan wisata minat khusus seperti paralayang dan tubing river di daerah di luar kawasan Dataran Tinggi Dieng. Konektivitas, Moda dan Sistem Transportasi Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kemudahan aksesibilitas menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam pengembangan kawasan pariwisata. Akses yang mudah akan menarik wisatawan lebih banyak sehingga jumlah kunjungan dapat meningkat. Kemudahan akses ini dapat diidentifikasi dari keberadaan jalan eksisting, sarana pelengkap jalan, dan ketersediaan moda transportasi untuk mengakses lokasi. Akses menuju kawasan Dataran Tinggi Dieng dapat dilalui melalui berbagai rute dan jarak tempuh menggunakan transportasi umum darat dan udara yaitu 1 Melalui jalur kereta api, jarak ke stasiun a Dieng – Stasiun Purwokerto yakni dengan jarak 116 kilometer km, b Dieng – Stasiun Tugu Yogyakarta berjarak 112 km; 2 Melalui jalur udara yaitu pesawat, jarak ke bandara a Dieng – Bandara Adisucipto dengan jarak 117 km, b Dieng – Bandara Adisumarmo berjarak 147 km, c Dieng – Bandara Ahmad Yani memiliki jarak 113 km; 3 Melalui jalur darat bus, jarak ke terminal a Dieng – Terminal Mendolo Wonosobo memiliki jarak 29 km, b Dieng – Terminal Jombor Yogyakarta memiliki jarak 107 km, c Dieng – Terminal Magelang memiliki jarak 70 km, d Dieng – Terminal Bus Tingkir Jalan Raya Salatiga-Solo = ±95 km. Gambar 7. Peta Aksesibilitas Menuju Dataran Tinggi Dieng dari Berbagai Daerah Analisis Penulis, 2019 Kemudahan aksesibilitas kawasan Dataran Tinggi Dieng akan berpengaruh pada integrasi antar objek wisata, aksesibilitas yang mudah dan memadai diperlukan agar kawasan pariwisata dapat saling terintegrasi. Akses jaringan jalan menuju Dataran Tinggi Dieng dilalui oleh jalan Provinsi Jawa Tengah yang tersambung hingga ke Kabupaten Banjarnegara. Jalan utama berupa jalan provinsi ini kemudian bercabang ke jalan-jalan kabupaten dan jalan desa untuk menuju ke berbagai objek wisata yang letaknya tidak di sepanjang jalan provinsi. Kondisi jalan tersebut sudah beraspal dan dapat dilalui dengan mudah. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Gambar 8. Peta Jaringan Jalan Kawasan Dataran Tinggi Dieng Analisis Penulis, 2019 Pola Perjalanan Wisatawan ke Kawasan Dataran Tinggi Dieng Pola perjalanan yang terbentuk di Kawasan dataran tinggi Dieng diidentifikasi berdasarkan hasil observasi lapangan oleh tim dan paket-paket perjalanan eksisting dari pelaku usaha wisata. Hasil ini juga sudah mencakup aspek-aspek observasi yang mempertimbangkan daya tarik wisata, aksesibilitas, jasa/pelaku pariwisata serta durasi dan aktifitas. Pola perjalanan wisatawan ke Dataran Tinggi Dieng saat ini masih berfokus pada objek-objek wisata di Ring 1 satu yakni Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng seperti Telaga Warna Telaga Pengilon TWTP, Bukit Sikunir, Telaga Cebong, Candi Arjuna, Kawah Sikidang, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin maupun Perkebunan Teh Tambi dan beberapa objek lainnya apabila waktu perjalanan cukup panjang. Berikut adalah beberapa pola perjalanan wisatawan menurut estimasi waktu kunjungan 1 Sikunir – Candi Arjuna Dieng – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 2 Gunung Prau – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 3 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna Dieng - Kawah Sikidang – DPT – TWTP – Batu Pandang dalam satu hari perjalanan wisata; 4 Gardu Pandang Tieng – Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Sikunir – Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 5 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – TWTP – Sunrise Gunung Prau - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari satu hari wisata; 6 Gardu Pandang Tieng - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP - Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Batu Pandang dalam perjalanan lebih dari dua hari wisata; 7 Museum Kailasa - Candi Arjuna – Kawah Sikidang – DPT – TWTP –Sunrise Sikunir - Telaga Cebong – Telaga Menjer – Tambi – Batu Pandang – Sumur Jalatunda – Kawah Sileri – Telaga Merdada dalam perjalanan lebih dari tiga hari wisata. Berdasarkan identifikasi berbagai pola perjalanan, didapatkan bahwa sebagian besar perjalanan wisatawan masih terpusat pada ring 1. Ring 1 yang dimaksud adalah zona utama di Kawasan Dataran Tinggi Dieng di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Objek-objek wisata lain juga menjadi tujuan wisata namun tidak menjadi tujuan utama. Gambar 9. Pola Perjalanan Wisatawan Dataran Tinggi Dieng Analisis, 2019 Adapun simpulan dari pola perjalanan wisatawan Kawasan Dataran Tinggi Dieng digambarkan dalam gambar 9 pada peta di bawah. Warna merah menunjukkan pusat wisata dan warna abu-abu menunjukkan objek-objek wisata lain yang juga dikunjungi wisatawan disamping objek wisata utama. Volume 5, Nomor 1, Januari 2021 Journal of Tourism and Creativity P-ISSN 2549-483X E-ISSN 2716-5159 Pola Perjalanan Wisata di Kawasan Dataran Tinggi Dieng Warna abu-abu menunjukkan objek wisata yang umumnya dikunjungi apabila pola perjalanan lebih dari satu hari. Kesimpulan Dataran tinggi Dieng menunjukkan perkembangan perjalanan wisatawan yang cukup signifikan. Jumlah kunjungan dan proyeksi pada kunjungan wisatawan nusantara mengalami peningkatan. Namun, tidak terjadi pada jumlah dan proyeksi kunjungan wisatawan mancanegara. Perkembangan daya tarik juga menunjukkan keberagaman atraksi dan lokasi di luar kawasan dataran tinggi Dieng. Perkembangan dan pola perjalanan wisatawan yang terbentuk ke kawasan dataran tinggi Dieng juga dipengaruhi oleh jenis wisatawan yang berkunjung, yakni sebagian besar kunjungan adalah wisatawan nusantara. Pola kunjungan wisatawan saat ini masih terpusat pada zona utama kawasan, yakni objek wisata di sekitar Telaga Warna Telaga Pengilon dan Candi Arjuna. Daftar Pustaka Andriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018 Kementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1 Prakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364 Wahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro ResearchGate has not been able to resolve any citations for this dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di WonosoboD AndriyaniAndriyani, D. 2009. Potensi dan Pengembangan Wisata Alam dan Budaya Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo 2019. Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Wonosobo 2018Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata NomorKementerian PariwisataKementerian Pariwisata. 2010. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor Pasal 5 Ayat 1Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta SoehadhaA A PrakosoPrakoso, A. A. 2016. Environment Impact Assesment. Modul Perkuliahan. Program Studi Pariwisata Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarukmo Yogyakarta Soehadha, M. 2013. Ritual Rambut Gembel Dalam Arus Ekspansi Pasar Pariwisata. Walisongo Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 212, 347-364Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. TesisWahyudiWahyudi. 2010. Kajian Kerja Sama Daerah Dalam Pengelolaan dan Pengembangan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng. Tesis. Universitas Diponegoro
Dataran tinggi Dieng atau Plato Dieng adalah sebuah wilayah di pusat Jawa Tengah yang memiliki ciri geologi, sejarah, dan pertanian yang dinilai khas.[oleh siapa?] Dataran ini diapit oleh jajaran perbukitan di sisi utara dan selatannya, yang berasal dari aktivitas vulkanik yang sama dan disebut Pegunungan Dieng. Pegunungan Dieng sendiri secara geografis berada di antara kompleks Puncak Rogojembangan di sebelah barat dan pasangan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing di sisi timurnya. Secara kasar dapat dikatakan bahwa wilayah Dataran tinggi Dieng menempati kawasan berukuran lebar utara–selatan 4–6 km dan panjang barat–timur 11 km.[1] Dieng saat matahari terbit Secara administrasi, dataran tinggi Dieng berada dalam wilayah Kecamatan Batur dan sebagian Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, dan bagian selatan dari Desa Pranten, Bawang, Kabupaten Batang, dengan inti kawasan wisata berada pada wilayah Desa Dieng Kulon di Banjarnegara dan Desa Dieng "Dieng Wetan" di Wonosobo. Ketinggian dataran berada pada 1600 sampai 2100 mdpl dengan arah aliran permukaan ke barat daya,[1] menuju ke lembah Sungai Serayu. Dengan suhu udara berkisar 12–20 °C di siang hari dan 6–10 °C di malam hari, meskipun pada musim kemarau Juli dan Agustus, suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari, iklim di dataran tinggi Dieng termasuk iklim subtropis dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas "embun racun" karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Meskipun cukup terpencil, dataran tinggi Dieng telah lama menjadi kawasan pemukiman. Sejumlah bangunan peninggalan abad ke-8 masih dapat ditemukan, baik dalam keadaan masih berdiri ataupun telah menjadi reruntuhan. Diperkirakan, bangunan-bangunan ini berasal dari masa Mataram Kuno awal. Terdapat indikasi bahwa penduduk kawasan ini berada pada pengaruh Kerajaan Sunda Galuh kuno sebelum kemudian dikuasai Medang.[butuh rujukan] Pertanian di Dieng menjadi sumber mata pencaharian utama penduduk. Penanaman sayur-mayur khas pegunungan menjadi aktivitas utama, seperti kentang, wortel, lobak, kubis bunga, bit, dan berbagai bawang-bawangan. Dataran tinggi Dieng adalah penghasil kentang terluas di Indonesia. Tanaman klembak dan purwoceng adalah tanaman penyegar yang khas Dieng, karena hanya cocok untuk tumbuh di kawasan ini.
Ilustrasi. Dataran Tinggi Dieng. Foto Domain KBR, Banjarnegara – Top soil atau tanah lapisan atas di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, diperkirakan habis dalam jangka 20 tahun mendatang. Bersamaan dengan habisnya top soil yang merupakan lapisan tanah subur, pola mata pencaharian pertanian masyarakat Dieng pun diprediksi akan mati. Petugas Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung BP DASHL Serayu Opak Progo, Novan Hakim mengatakan, top soil Dieng tergerus lantaran pola tanam yang tak ramah lingkungan atau konservasi. Akibatnya, erosi semakin tinggi. Kini top soil Dieng rata-rata tinggal 40 sentimeter dan semakin menipis dengan cepat. Novan Hakim menyebut, penyebab pertama menipisnya top soil Dieng adalah alih fungsi hutan menjadi tanaman sayuran. Masalah lainnya muncul saat pola tanam tak mengindahkan konservasi, seperti menanam dengan pola memotong kontur tanah untuk menghindari genangan. Dalam jangka pendek, produksi pertanian akan tinggi. Tetapi, pola tanam ini akan menyebabkan laju erosi tanah semakin tinggi. Selain itu, di petani Dieng juga banyak memanfaatkan lahan di tanah miring lebih dari 45 derajat. Padahal, sesuai kaidah konservasi, tanah miring tak layak dan tak boleh ditanami lantaran berisiko tinggi mempercepat degradasi tanah. Dari penelitian yang dilakukan, jenis tanaman yang dibudidayakan tak terlampau berpengaruh terhadap kecepatan erosi tanah. Paling berpengaruh, kata dia, adalah pola tanamnya. “Top soil, di daerah atas, Dieng, itu diprediksi kalau dari segi pertanian, hanya bertahan 20 tahun sampai 30 tahun. Top soil akan habis. Penyebab utama sebenarnya manusia, karena pola budidaya. Kalau penanaman sayur, idealnya itu tidak air tergenang. Memotong alur, untuk menghindari air tergenang. Penanaman memotong alur itu, sama saja membuat lapisan atas bebas,” kata Novan Hakim, Senin 14/10/2019. Lebih lanjut Novan Hakim mengatakan erosi yang tinggi menyebabkan bahaya lainnya, yakni pendangkalan sungai. Sungai dangkal menyebabkan wilayah hilir berpotensi banjir. Sedimentasi atau pendangkalan juga menjadi masalah serius untuk waduk atau bendungan karena bakal mengurangi kapasitas daya tampung air. BP DASHL Serayu Opak Progo bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup DLH mengedukasi masyarakat untuk mengubah pola tanam agar sesuai kaidah konservasi. Petani juga diimbau menanam tanaman yang tetap menghasilkan secara rutin, tetapi juga bernilai konservasi, misalnya tanaman buah-buahan berkayu keras. Editor Agus Luqman
pola hidup manusia di dataran tinggi dieng adalah